Label

Sabtu, 08 Oktober 2011

Etos Kerja dan Moral Pembangunan




A.         Pengertian
Etos berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.[1]
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:[2]
1.      Suatu aturan umum atau cara hidup
2.      Suatu tatanan aturan perilaku.
3.      Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku.
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai kehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif. [3]
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.[4]
Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.[5]
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance).[6]
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.[7]
Menurut Dr. Musa Asy’arie etos kerja islami adalah rajutan nilai-nilai khalifah dan abd yang membentuk kepribadian muslim dalam bekerja. Nilai-nilai khalifah adalah bermuatan kreatif, produktif, inovatif, berdasarkan pengetahuan konseptual, sedangkan nilai-nilai ‘abd bermatan moral, taat dan patuh pada hukum agama dan masyarakat.  Toto Tasmara mengatakan bahwa semangat kerja dalam Islam kaitannya dengan niat semata-mata bahwa bekerja merupakan kewajiban agama dalam rangka menggapai ridha Allah, sebab itulah dinamakan jihad fisabilillah.[8]

B.          Tujuan dan fungsi bekerja
Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia, seghingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang mengelola seluruh alam sebagai bentuk dari dirinya mensyukuri kenikmatan dari Allah.[9]
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
1.      Pendorang timbulnya perbuatan.
2.      Penggairah dalam aktivitas.
3.      Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Nilai kerja dalam islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagiaan hidup di dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan lading yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk mancari kebahagiaan di akhirat.[10]
Ahli-ahli Tasawuf mengatakan: Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat.[11]


Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Al-Qhasash:77)

Setiap pekerja, terutama yang beragama islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja secara Islami, karena pekerjaan yang ditekuni bernilai ibadah. Hasil yang diperoleh dari pekerjaannya juga dapat digunakan untuk kepentingan ibadah, termasuk didalamnya menghidupi ekonomi keluarga. Oleh karena itu seleksi memililih pekerjaan menumbuhkan etos kerja yang islami menjadi suatu keharusan bagi semua pekerjaan. Adapun etos kerja yang islami tersebut adalah: niat ikhlas karena Allah semata, kerja keras dan memiliki cita-cita yang tinggi.

C. Kewajiban Bekerja Dalam Islam
Untuk mencapai kebahagiaan yang dijanjikan Allah haruslah manusia rajin bekerja dan berbuat yang sungguh-sungguh yang dapat mengantarkan pada cita-cita tersebut. Sungguh banyak ayat-ayat yang menyeru kepada umat manusia untuk rajin bekerja.

Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(QS. Al-Jumuah:10)

D. Moral Pembangunan Dalam Islam
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman,tafsiran,suara hati,serta nasihat,dll.[12]
Dalam bahasa arab berasal dari akhlak. Yang secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.[13]
Yang kita pahami dari moral yang kita bahas di judul ini adalah moral/akhlak/perilaku positif islam dalam pembangunan ekonomi. Akhlak dalam bekerja ini pertama-tama harus didasari adanya keimanan. Keimananlah kewajiban pertama bagi setiap individu dalam melakukan segala amal perbuatanya.
Adapun beberapa akhlak/moral yang harus kita perhatikan dalam diri muslim untuk membangun ekonomi islam adalah.
1.            Bekerja harus halal dan baik
Ini dimaksudkan agar manusia dengan berbagai unsurnya yaitu jasmani dan rohani dapat hidup secara sehat. Untuk sehat jasmani dan rohani, antara lain makanan harus thayyib dan halal. Thayyib artinya baik, bersih, dan tidak basi, masih valid, dan sebagainya. Ini syarat untuk sehat jasmani. Sementara halal, makanan yang halal adalah syarat untuk menjadi sehat rohani. Yang menjadi persoalan, karena besarnya KKN, terutama korupsi di Indonesia, maka di negara kita pasti sangat banyak makanan yang dibeli dari uang yang tidak halal.
2.            Menempuh jalan yang lurus (Sirat al-Mustaqim)
Dalam mewujudkan cita-cita, manusia harus tetap berpegang teguh pada jalan Allah yang merupakan jalan yang lurus. Allah berfirman yang artinya, “Tunjukilah kami jalan yang lurus”. Jalan lurus yang dimaksud adalah “Jalan yang telah diberi nikmat Allah ke atas mereka, dan bukan jalan yang dimurkai, juga bukan jalan orang-orang yang sesat”.[14]
3.            Sabar
Sabar merupakan sifat terpuji yang sangat sering disebut dalam al-Quran. Dalam menjalani kehidupannya, manusia tentu akan menghadapi berbagai macam peristiwa, baik peristiwa yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Jika manusia berdukacita menghadapi kesusahan-kesusahan, Allah memerintahkan mereka untuk menunaikan shalat, berdoa kepada Allah dan bersabar.
4.       Sederhana, tidak boros dan tidak membazir
Salah satu sifat buruk manusia yang diceritakan dalam al-Quran adalah sifat suka melampaui batas, lalu Allah berseru agar manusia sederhana pada pakaian dan makan minum, bersederhana suara sewaktu berdoa, sederhana dalam berbelanja.
5.       Jujur
Sikap jujur merupakan sikap ditekankan Islam dalam semua aspek kehidupan.  Penegasan al-Quran mengenai hal ini tercermin dalam firman Allah yang artinya “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu akan dimintai pertanggung-jawapan”.  Ini semua menunjukkan bahwa seseorang yang berjanji, harus memenuhi janjinya. Pemenuhan janji ini merupakan karakterisrik sifat jujur. Orang-orang yang tidak jujur, oleh al-Quran disebut sebagai orang-orang yang mencoba untuk menganiaya dan mendhalimi diri sendiri.
6.       Berkeyakinan dan optimis
Keyakinan akan menghilangkan perasaan ragu (syak) di dalam diri manusia dan syak adalah salah satu sifat orang munafik. Pendirian yang dimiliki seseorang haruslah dipegang teguh, jangan mudah terombang-ambing dan dipengaruhi oleh orang-orang yang justru berniat akan merusakkannya.
7.       Berupaya terus meningkatkan kualitas diri
8.       Berilmu
Orang yang memiliki ilmu cenderung lebih bijaksana dalam semua tindak tanduknya serta sikap dan keputusannya. Ilmu diperoleh melalui disiplin dan kesungguhan belajar. Orang yang tidak berilmu atau kurang ilmu cenderung merasa minder atau rendah diri. Oleh karena itu, Islam meletakkan Ilmu diatas segala-galanya. Dalam Al Qur’an, Allah telah berfirman yang artinya, ” Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan Orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “.
9.       Bersifat waspada
Sikap waspada sangat penting dimiliki oleh siapa saja, tujuannya agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian serta hal-hal negatif lainnya yang merugikan. Oleh karena itu, al-Quran menyeru agar jangan lalai. Yaitu lalai dari beribadah kepada Allah SWT, lalai karena harta, dan terlupa akan datangnya hari pembalasan.
10.   Tidak menunda pekerjaan dan menjaga kehormatan
11.   Bersih
Kebersihan adalah sifat-sifat yang dimiliki orang yang sukses. Kebersihan ini berkait dengan kebersihan luar (jasmani) maupun dalam (ruhani). Kebersihan adalah sebagian dari iman sehingga orang yang menyatakan beriman kepada Allah harus menyucikan jiwanya dari pikiran-pikiran jahat untuk (bisa) menerima kenikmatan Allah. [15]
Sedangkan dalam kaitannya dengan tanggung jawab individu pada orang lain dapat diperincikankan sebagai berikut:
1.      Berzakat dan berinfaq
2.      Berbicara yang benar
Bab III
PENUTUP
Etos berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:[16]
1.      Suatu aturan umum atau cara hidup
2.      Suatu tatanan aturan perilaku.
3.      Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku.
Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia, seghingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang mengelola seluruh alam sebagai bentuk dari dirinya mensyukuri kenikmatan dari Allah
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
Adapun beberapa akhlak/moral yang harus kita perhatikan dalam diri muslim untuk membangun ekonomi islam adalah.
1.      Bekerja harus halal dan baik
2.      Menempuh jalan yang lurus (Sirat al-Mustaqim)
3.      Sabar
4.      Sederhana, tidak boros dan tidak membazir
5.      Jujur
6.      Berkeyakinan dan optimis
7.      Berupaya terus meningkatkan kualitas diri
8.      Berilmu
9.      Bersifat waspada
10.  Tidak menunda pekerjaan dan menjaga kehormatan
11.  Bersih
DAFTAR PUSTAKA

-          Drs. H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
-          Ahmad Abrar, S.Pd.I, M.Pd.I, Etos Kerja Dalam Islam. (http://pintania.wordpress.com), diakses tanggal 10 Desember 2010 (internet)
-          http://id.wikipedia.org/wiki/Moral
-          http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
-          Alqur’an terjemah
-          http://nurkholis77.staff.uii.ac.id/etos-kerja-islami/



[1] Ahmad Abrar, S.Pd.I, M.Pd.I, http://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam/Etos Kerja Dalam Islam.10/12/2010
[2] http://aliciakomputer.blogspot.com/2008/01/etos-kerja.html. 10/12/2010                                         
[3] ibid
[4] ibid
       [5] Ahmad Abrar, S.Pd.I, M.Pd.I, Etos Kerja Dalam Islam. op.cit
       [7] ibid
        [9] Drs. H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf) h.2
[11] ibid
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Moral
[13] http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
[14] Alqur’an terjemah
[15] http://nurkholis77.staff.uii.ac.id/etos-kerja-islami/
[16] http://aliciakomputer.blogspot.com/2008/01/etos-kerja.html. 10/12/2010                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar