Di sebuah kota bagian barat, hiduplah seorang laki-laki berumur sekitar 40 tahun. Ia adalah seorang pekerja keras yang selalu di sibukkan oleh pekerjaannya dan tidak mempunyai waktu untuk memikirkan mempunyai seorang pendamping hidup. Orang-orang sering memanggilnya Robert
Suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita cantik yang berumur sekitar 30 tahu dibiro jodoh. Jenny nama panggilanya. Ia mempunyai hoby dan kesenangan yang sama dengan robert. Lalu mereka memutuskan untuk menikah.
Setelah Sembilan tahun menikah mereka dikarunia tiga orang anak, dua anak laki-laki, satu anak perempuan. Peter (enam tahun), Stevany (empat tahun), dan Bruce (dua tahun) adalah anak mereka. Sekian lama sudah mereka menjalani hidup bedua dan tidak memiliki masalah sedikitpun karena hoby dan kesenangan mereka yang sama.
Karena merasa jenuh dengan hubungan mereka yang tidak pernah ada sedikitpun masalah, mereka memutuskan untuk bercerai satu minggu kemudian.
Pada hari perceraian yang diadakan di pengadilan Negri Newyork, mereka disahkan telah bercerai dengan menandatangani surat cerai, dan telah disepakati pula dalam persidangan itu, anak-anak mereka untuk memilih kepada siapa mereka ikut nantinya. Bruce dan Stevany ikut bersama ibunya dan Peter ikut dengan Robert ayah mereka.
Jenny memutuskan kembali kedesa, yaitu kerumah ibunya. Disana dia membesarkan kedua anaknya dengan bekerja dikebun membantu nenek yang tingal bersama dengan adiknya jenny yang bernama lily. Sedangkan Robert meneruskan pekerjaanya di Newyork.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, jenny berada dirumah ibunya, dia melakukan kegiatan sehari-hari dengan senyum yang indah. Hari ini dia kembali berkebun seperti bisaa, kebun itu terletak tidak jauh dari rumahnya.
“hai kak” sapa lily sambil membawakan cawan yang berisi gelas, teko, dan biskuit. “apa kakak tidak capek bekerja setengah hari tanpa istirahat” sembari meletakan cawan diatas meja dibawah pohon kenari.” Ayo kakak istirahat dulu” sambungnya seraya melambaikan tanganya kearah kakanya. Kemudian duduk dan mengisi gelas dengan jus yang dibawanya.
Jenny pun berhenti dari pekerjaanya. Kemudian mengarah kearah lily. Sambil duduk dan menuangkan jus tomat segar hasil kebun kegelas yang ada didekatnya dia memulai perbincangan “bukanya kamu yang seharusnya merasa lelah karena harus menjaga stevany dan Bruce seorang diri?”
“ah, kakak. Saya tidak sendiri menjaganya. Ibu juga ikut membantu.” Jawab lily sambil mengambil beberapa biskuit dan memakanya.
“oh iya, dimana stevany? Apa dia tidak ikut bersamamu?” Tanya jenny lagi seraya menghirup jus tomatnya.
“dia lagi tidur bersama dengan bruce, dijaga oleh ibu. Mungkin dia kecapaian setelah pulang dari sekolah tadi apalagi dia bermain menghibur bersama Bruce, saya dan ibu.” Kata lily kemudian
“Syukurlah, kuharap dia tidak merepotkanmu dan ibu.” Tukas jenny, seraya tersenyum kepada lily.
“mana mungkin, stevany kan lucu, pinter, bisa menjaga adiknya lagi.
Umm, boleh saya tanya sesuatu kak?” Kata lily.
“apa? Apa masalah sekolahnya stevany?” Tanya jenny.
“um, bukan kak, sebenarnya saya tidak bermaksud untuk mencampuri uruan kalian. Tapi, saya ingin tahu masalah perceraian kakak dengan Robert? Bukankah sebelumnya tidak ada masalah atau pertengkaran diantara kalian. Apakah saya boleh tahu apa penyebab perceraian kalian?” Tanya lily dengan air muka serius.
Jenny pun terdiam sejenak, dia berhenti memegang gelas yang sejak awal tidak dilepasnya.
“se… sebenarnya…” kata jenny terputus.
“sebenarnya apa kak?” Tanya lily kembali
“sebenarnya….., sebenarnya kami putus gara-gara tidak ada masalah sama sekali” jawab jenny diiringi tawa kecil.”Kena kau” tambahnya lagi.
“eh? Kenapa kakak tertawa? Bukanya malah sedih atas perceraian ini?”
“huuuh, kakak meledek ku ya?” Tukas lily dengan wajah setengah cemberut karena merasa dipermainkan kakaknya yang sangat dia khawatirkan.
“sudah, sudah,…”kata jenny sambil tertawa, “ sudah, tak perlu kau khawatirkan aku. Aku baik-baik saja kok.” Sambil terus menahan tawanya.
“Sudah, sudah, ayo sana bawa kembali ke rumah, siap kan makan siang. Dan biar aku yang membereskan alat-alat kebun lainnya.” Seraya meninggalkan lily menuju kebun sambil tersenyum.
“baik kak, saya akan memberekan meja ini, kemudian pergi kerumah untuk bikin makan siang.” Kata lily sambil beres-beres.
“kayaknya keputusan perceraian itu memang yang terbaik bagi keduanya. Dan itu terbukti dengan senyum kakak yang masih melekat diwajahnya” kata lily dalam hatinya.
***
Sementara itu Robert hidup di rumahnya bersama dengan peter.
Pagi itu, seperti biasa Robert mengantarkan peter kesekolah dengan mobil kecilnya.
“hati-hati disekolah ya peter, jangan nakal” kata Robert sambil membuka pintu mobil.
“Iya ayah, saya akan baik-baik disekolah,” jawabnya sambil turun dari mobil.
Kemudian Robert pun menyalakan mesin mobil dan bersiap untuk melanjutkan perjalananya menuju kantornya. Manakala dia mau menginjakkan kakinya ke pedal gas. Mobilpun berjalan perlahan.
“ayah” teriak peter.
Robert pun menghentikan mobil. “ada apa?” Tanyanya.
“ummm, kapan kita mengunjungi adik dan ibu? Kata peter
“mungkin nanti” jawab Robert singkat.
“ umm, baik ayah. Daaaah.” Jawab peter sambil melambaikan tangan.
Kemudian dia berbalik dan menuju gerbang sekolah. “mungkin nanti, itulah kata yang sering ayah ucapkan padaku ketika aku bertanya tentang adik dan ibu.” Katanya dalam hati.
***
Malam itu dikamar stevany dan bruce. Tampak jenny tidur bersama dengan bruce kecil dan stevany.
“Ma” terdengar suara kecil membangunkan jenny dari tidurnya.
“ada apa stevy? Bruce sudah tidur, kenapa belum tidur?” Tanya jenny sambil mengusap kepala stevany.
“ma, aku tidak bisa tidur. Aku terbangun gara-gara mimpi.” Jawab stevy polos.
“mimpi apa? Apakah mimpi buruk?” Tanya jenny
“aku mimpi bertemu ayah dan kak pete, dan kita sekeluarga bermain ditaman seperti dulu lagi.” Jawab stevany
“sudahlah, itu cuma mimpi. Dan kamu harus bangun pagi besok untuk pergi sekolah.” Kata jenny sambil membenarkan selimutnya stevany.
“baik bu, tapi bisa nyanyikan sebuah lagu untukku?” Tanya stevany sambil membaringkan kepalanya.
“tumben anak manis ibu minta nyanyikan lagu. Tapi, baiklah, sekali-kali juga tidak apa.”Senyum jenn. Kemudian Jenny pun menyanyikan lagu sebelum tidur untuknya.
Tidak lama etelah stevany tertidur pulas, jenny pun terdiam duduk diatas tempat tidurnya. Jam menunjukan jam 10 malam. Dia terus memandangi jam. Tidak terasa air mata mengalir, dia pun mulai menangis.
“Kreeeeeek” terdengar suara derit pintu kamar.
Jenny pun terkejut dan mengusap kedua matanya.
“wah, kakak, ternyata suara kakak bagus juga. Eh, ada apa dengan mata kakak?” Tanya lily sambil masuk kamar.
“Lily? Sejak kapan kamu didepan pintu?” Tanya jenny/
“Umm, saya? Saya baru saja kesini karena mendengar nyanyian kakak yang indah. Dan karena pintunya terbuka, jadi saya langsung masuk. Oh, iya. Ada apa dengan mata kakak?” Tanya lily lagi.
“mataku …, ma.. Mataku tadi terkena debu. Sehingga meneteskan air mata. He he. Ada perlu apa?” Tanya jenny
“tidak, tidak perlu apa-apa kok. Tadi kan sudah dibilang, setelah mendengar suara kakak saya langsung kesini. Tapi, karena sudah dikamar kakak. Bagaimana kalau saya menemani kakak tidur? Kan sudah lama kita tidak tidur bersama?” Pinta lily.
“ta.. Tapi.. Tapi.. Bagaimana dengan bruce dan stevy?” Kata jenny
“tenang, aku kan tidak mengganggu mereka, selain itu, masih ada sisa kasur untuk ku kan kak?”Katanya sambil menunjuk sisi kiri ranjang. Yang mana bruce dan stevy berada ditengah-tengahnya.
“apa mungkin muat?” Tanya jenny lagi.
“apa maksud kakak? Kakak kira badanku besar? Sampai-sampai tempat tidurnya tidak muat? Begini-begini, aku anak 19 tahun yang langsing. He he he…” balas lily.
“ssssssstttt, iya… iya, tapi jangan ribut.” Kata jenny sambil kembali tidur keranjang. Lily pun tidur disisi yang lain. Malam itu nampaknya lily dan jenny tidak bisa tidur dengan nyenyak.
***
Siang berikutnya di kantor Robert.
“ya, disini dengan wakil direktur, tolong bawakan jus tomat dengan biskuit keruangan saya” kata Robert pada telpon ruanganya.
“apa yang harus aku lakukan? Peter semakin sering bertanya kepadaku tentang jenny dan adik-adiknya. Apa yang harus aku perbuat.” Robert bergumam sendiri.”Tok tok tok” suara pintu diketuk.
“cepat sekali? Tumben sekretarisku cepat bikin jusnya.” Gumam Robert sambil membukakan pintu. “ap…ap….apa.., ke..ken..kenapa kamu kamu kesini?”Robert terkejut setelah melihat orang yang didepanya bukanlah sekretarisnya, melainkan lily.
“lily, syukurlah kamu datang. Aku bingung harus berbuat apa, peter selalu bertanya tentang ibu dan adik-adiknya, bagaimana keadaan jenny? Oh, iya. Bagaimana keadaan nenek? Apa jenny, stevy dan bruce sehat-sehat saja? Apa mereka makan cukup? Istirahat cukup? Bagaimana sekolahnya stevy?”Tanya Robert bersemangat dan dengan wajah yang dangat gembira. “Oh, iya. Bagaimana dengan keadaanmu? Bagaimana dengan…”
PLAKKKKKKKKKKK satu pukulan keras mendarat dipipi kanan Robert, Robert pun terkejut dan kaget setelah melihat lily dengan wajah merah padam. Kemudian sambil memegang pipi kanannya Robert berkata” ke..kenapa kau memukulku? Kenapa kau terlihat sangat marah? Apa salahku? Apa yang sudah kulakukan ke padamu? Apa yang..”
PLAAAAAAAKKKKKKK. Satu pukulan lain mendarat dipipi kirinya Robert. Kali ini lily menangis.
Melihat yang demikian Robert semakin binggung. Keadaan pun menjadi diam, tak sepatah katapun keluar dari mereka. Lily masih menangis, dan Robert bingung harus berbuat apa.
Robert pun memberanikan diri dan berkata sambil mengguncangkan badan lily ”ap..apa yang terjadi terhadap jenny? Apa yang terjadi dengan stevy dan bruce? Apakah mereka..”
PLAKPLAKPLAKKKKKKKKKKK. Tiga pukulan sekaligus mendarat dimuka Robert.
“hentikan!” Robert berteriak ”hentikan memukulku! Apa yang ingin kau bicarakan padaku? Kenapa cuma diam dan mengis?”Robert mulai marah
Tetapi, lily tetap saja diam dan mengusap air matanya sambil menangis tersedu-sedu.
”Bagaimana mungkin aku bisa mengerti kalau kau tetap diam membisu dan tidak mengucapkan sepatah kata pun?”Bentak Robert.
“Ka…kak..kakak menangis” kata lily seraya meninggalkan ruangan itu sambil menangis tersedu-sedu.
Didepan pintu lily berpapasan dengan sekretaris Robert yang membawa jus tomat dan biskuit.
“ada apa pak? Siapa orang itu? Maafkan saya. Karena office boy kantor sedang sibuk membersihkan aula rapat. Jadi, saya yang tadi kemini market seberang untuk membeli jus tomat dan biskuit. Sekalilagi maaf pak.” Kata sekretari dengan sopan
“tidak apa” jawab Robert
“oh, ada apa dengan kedua pipi bapak?”Tanya sekretaris.
“tidak apa” jawab Robert lagi. “silakan letakkan jus dan biskuit itu diatas meja” tambahnya.
“baik pak” seraya meletakkanya diatas meja. Kemudian keluar dari ruangan.
“Jenny menangis? Bukankah selama ini dia selalu gembira, dan tidak pernah menangis?”Robert bertanya-tanya dalam hati.
***
Ditempat lain, tampak seorang peerempuan setengah baya berlari-lari menuju sebuah rumah.
“aku pulang” kata lily sambil membuka pintu.
“Selamat datang, dari mana saja kamu?”tanya Jenny.
“Kakak, apa kakak benar-benar bahagia dengan perceraian kakak dengan Robert, apa kakak tidak menyesalinya? Apa kakak ingin semuanya kembali menjadi satu” tanya Lily.
“Ap..apa maksudmu? Apa maksud pembicaraanmu?” tanya Jenny.
“Aku tadi kekantor Robert dan menceritakan semuanya” tukas Lily.
“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. Jelaskan padaku. Apa maksudmu dengan menceritakan dan pergi kekantor Robert” tanya Jenny dengan nada serius.
“Begini, sebenarnya waktu malam tadi aku telah mendengar semuanya. Dari kakak bernyanyi, sampai kakak menangis. Jadi, pagi ini saya pergi kekantor kak Robert menceritakan bahwa kakak menangis dan..dan.. dan aku memukulnya.”jawab Lily.
“Memukulnya? Apa yang kau inginkan? Apa kau ingin memperkeruh masalah kami? Kenapa kau mencampuri urusan pribadi kami?” kata Jenny.
“Sebenarnya bukan itu saja” lanjut Lily”Aku juga memukulnya berkali-kali”
“Kau ini…” Jenny pun menghentikan perkataanya dan menangis.
Tok, tok, tok. Suara ketukan terdengar dari luar. Jenny pun membukakan pintu. Dan betapa terkejutnya bahwa peter dan Robert berdiri di depan pintu.
“mama..” Peter berlari kearah Jenny dan memeluknya.
“ada apa ini?”nenek yang tiba-tiba dating dari berbelanja bersama dengan stevany dan bruce kecil. ”ho, ho. Ternyata semuanya sudah berkumpul kembali ya?”
“Ti…Tidak!” jawab Jenny dan Robert bersamaan.
“ayah… aku kangen” kata stevany kepada ayahnya” akhir pekan kita pergi ketaman bersama yuk.” Pinta stevany.
Robert pun menjawab.“tapi, ayah dan ibu sudah bercerai, dan mungkin…”
“ya sudah, mungin kita harus makan siang bersama dulu. Nenek beli banyak bahan makanan. Siang ini kita akan masak kari. Lily dan aku akan menyiapkan dan memotong bahan-bahanya. Anak-anak harap bermain di ruang sebelah” kata nenek.
“yeiiiiiiii, ayo kita main.” Jawab mereka serentak.
“kalian berdua siapkan meja, dan alat-alat makan, kalau sudah selesai bantu kami di dapur” perintah nenek kepada Jenny dan Robert.
“Tap..Tapi bu..” jawab mereka berdua.
“Tidak ada kata tapi. Cepat kerja” jawab nenek tegas.
Akhirnya suasana berubah menjadi suasana militer. Nenek menjadi penguasa dan suruh sana dan sini. Maklum, nenek merupakan mantan perwira Angkatan Darat, dan sekarang sudah pensiun.
Mereka pun terlihat damai saat makan bersama pada siang itu. Peter, Stevany terlihat gembira bermain dengan Bruce kecil. Lily akhirnya berhenti menangis dan membantu nenek dalam beres-beres, dan lain-lain. Sepertinya Lily sudah lupa penyebab dia menangis. Nenekpun makan dengan tenang. Sedangkan Jenny dan Robert merasa gelisah, karena mereka ditempatkan di kursi yang bedampingan.
“Aduuuh. Kedua pipiku masih sakit” kata Robert.
“Diam, dan cepat habiskan makananmu!” perintah nenek.
“Ha ha ha” Jenny dan Lily tertawa kecil melihat kejadian itu.
“Kalian sengaja ya?” kata Robert merasa tidak puas.
“MAKAN!!!” kata nenek dengan tegas.
“I…Iya bu” jawab Robert, dan langsung kembali meneruskan makanya sambil mengusap-usap pipinya.
“Ayah, bagaimana kalau kita berangkat ketaman akhir pekan?” tanya peter.
“Mungkin nanti” jawab Robert.
“Iya ayah, kita main ketaman yuk” rengek Stevy.
“Main…” kata Bruce.
“Baiklah, mungkin minggu ini saja.” Kaya Robert sambil melanjutkan makanya.
Setelah makan Robert dan peter pamit untuk pulang kerumahnya.
“Sampai jumpa hari minggu” kata Jenny kepada peter sambil melambaikan tangan kearah peter dan Robert.
“Daaah” balas peter.
***
Pada hari minggu mereka bertemu di taman dan santai bersama, memar dipipi Robertpun sudah hilang. Tampak Lily bermain bersama dengan anak-anak. Dan Robert mulai berbincang-bincang dengan Jenny.
Akhirnya, pada minggu-minggu berikutnya mereka sering bertemu ditaman untuk bermain, atau berkunjung ketempat nenek untuk makan bersama.
Sekitar 2 bulan berikutnya mereka memutuskan untuk kembali bersama dan hidup dikota. Nenek dan Lily lebih memilih di desa, karena udaranya lebih segar menurut nenek. Walaupun demikian, kadang-kadang beberapa minggu sekali mereka berkunjung ketempat nenek dan bibi lily.
Sepertinya, masa-masa bosan sudah lewat. Seandainya masa-masa bosan kembali, mereka pergi jalan-jalan keluar kota, atau mengunjungi nenek di desa.
Writen by : M Satria maipadly & M Rama Saputra
mantap iiihhhh ceritanya!! mau bikin juga ah, tapi about what yaa?
BalasHapushahaha..
BalasHapusmakasih tu..
ini terinspirasi dari "tugas Mengarang bahasa indonesi" ading lun.. ^^)>