Label

Jumat, 14 Oktober 2011

HADITS-HADITS TENTANG PERINTAH BERUSAHA



Sebelum membahas tentang Hadits, terlebih dahulu saya kemukakan tentang definisi berusaha. Berusaha, secara etimologisnya adalah “al kasbu” yg berasal dari bahasa arab yg berarti bekerja/berusaha. Berusaha yg dimaksud disini ialah Muamalahdan murabahah/jual beli. Sedangkan muamalah, berasal dari bahasa Arab, dari kata amala - yu’amilu - mu’amalatan, dengan wazan fa’ala - yufa’ilu - mufa’alatan, yang artinya bermakna saling bertindak, saling berbuat, saling mengamalkan. Adapun jual beli berasal dari kata ba’a yubi’u, dengan wazan fa’ala – yufa’ilu, yang bermakna menjual.
Secara terminologis, muamalah mempunyai dua arti, yakni arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas muamalah berarti aturan - aturan hukum Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi/pergaulan sosial. Dan dalam arti sempit, muamalah berarti aturan Allah yang wajib ditaati, yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta benda (jual beli).
Definisi murabahah atau jual beli dikemukakan dalam dua sudut pandang. Secara Fiqh, murabahah atau jual beli adalah suatu akad jual beli barang, di mana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian dia mensyaratkan atasnya laba / keuntungan dalam jumlah tertentu. Dan yang kedua dilihat dari teknis perbankan, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan/harga beli dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Ibnu Qudamah dalam bukunya Mughni (1999:21) mengatakan, bahwa murabahah adalah menjual dengan harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati.[1]
Nabi Muhammad Saw bersabda:



Dari Rif’ah bin Rafi’I RA bahwasanya Nabi SAW ditanya: “pekerjaan apakah yang terbaik?” Jawab Nabi SAW: “Pekerjaan seseorang (yang dilakukan) dengan tanganya sendiri dan semua jual beli yang bersih” (HR. Al Bazzar dan disahihkan oleh AL Hakim)[2]
Dengan penjelasan diatas jelaslah berusaha dengan cara jual beli yang dilakukan dengan tanganya sendiri (melakukanya secara mandiri) itu merupakan pekerjaan yang sangat afdhal menurut Rasul SAW.
حدثنا يحيى بن موسى حدثنا عبد الرزاق أخبرنا معمر عن همام بن منبه حدثنا أبو هريرة  : عن رسول الله صلى الله عليه و سلم ( أن داود عليه السلام كان لا يأكل إلا من عمل يده )[3]
Dari abu hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Nabi Daud AS tidak makan kecuali hasil dari usaha tanganya sendiri.(HR.bukhari)[4]
حدثنا يحيى بن بكير حدثنا الليث عن عقيل عن ابن شهاب عن أبي عبيد مولى عبد الرحمن بن عوف أنه سمع أبا هريرة رضي الله عنه يقول  : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( لأن يحتطب أحدكم حزمة على ظهره خير من أن يسأل أحدا فيعطيه أو يمنعه ) [5]
Dari abu hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Seseorang memikul seikat kayu diatas pungungnya, lalu dia menjualnya , hal itu lebih baik daripada meminta kepada seseorang yang munkin member atau menolaknya (muttafaq alaih)[6]
Karena orang yang hidupnya mandiri (tidak tergantung dengan orang lain) akan terhindar dari fitnah-fitnah orang-orang sekitar. Contohnya saja, seandainya dia tidak bekerja, kemungkinan besar dia akan dikatakan orang sebagai pengangguran. Oleh karena itu seandainya dia berusaha maka dia akan lebih selamat dari kata-kata yang tidak enak.
حدثنا يحيى بن موسى حدثنا وكيع حدثنا هشام بن عروة عن أبيه عن الزبير بن العوام رضي الله عنه قال  : قال النبي صلى الله عليه و سلم ( لأن يأخذ أحدكم أحبله خير له من أن يسأل الناس ) [7]
Dari abu Abdullah Az-zubair ibn awan ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Seseorang yang megambil tali-talinya lebih baik daripada meminta kepada orang lain. (HR Bukhari)
عن أبي هريرة رضي الله عنه يقول  : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم
[8] (رواه المسلم)كان زكريا عليه اسلام نجارا
“Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur.”( HR. Ahmad, Al Bazzar, Ath Thabrani ).
Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa pendapatan / penghasilan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli. Hasil karya di sini dapat diartikan sebagai hasil keringat sendiri, yang dalam hal ini dapat berupa memproduksi suatu barang atau jasa untuk selanjutnya dilakukan proses marketing, atau dijual kepada orang lain dengan harapan mendapatkan keuntungan. Bisa juga diartikan dengan bekerja kepada orang lain untuk mendapatkan upah atau keuntungan. Selama kedua hal tersebut di atas tidak mengandung unsur Maisir, Gharar, Haram, Riba.

B. HADITS-HADITS TENTANG JUAL BELI SERTA YANG BERKAITAN DENGANYA



Dari Said Al Hudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda
Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka.” ( HR. Al Baihaqi, Ibnu Majjah, dan sahih menurut Ibnu Hibban )
Di sini jelas bahwa dalam jual beli tidak boleh ada unsur paksaan dan penipuan. Penjual dan pembeli harus dalam keadaan suka sama suka. Si penjual dan pembeli suka dan rela dengan barang dan harga yang disepakati bersama, yang nantinya akan timbul ikhlas dan insya Allah barokah. Seperti yang tercantum dalam hadits berikut ini.



Dari Abdullah Ibnu Harits dari Hakim Ibnu Hizam berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Penjual dan pembeli sama - sama bebas menentukan jual belinya selagi keduanya belum terpisah. Jika keduanya jujur dan berterus terang maka jual beli mereka akan diberkahi Allah, tetapi jika saling mendustaidan curang maka berkah dalam jual beli itu akan terhapus” (Bukhari, Muslim). [9]
Kedua pihak dalam jual beli, penjual dan pembeli harus jujur dan berterus terang. Jujur di sini dapat diartikan penjual tidak menyembunyikan kekurangan / cacat barang, memberitahukan kekurangan dan kelebihan barang yang menjadi obyek jual beli. Dan bagi pembeli tidak membohongi penjual. Misalnya, membeli barang sebelum sampai di pasar dengan harga yang jauh sekali di bawah harga pasar, atau dengan kata lain pembeli membeli barang dalam keadaan si penjual belum mengetahui harga yang berlaku di pasar.
Di sini diperlukan jiwa mulia yang mengendalikan kejujuran dalam jual beli dan tukar menukar di pasar, di toko, dan di kios - kios. Islam membenci muamalah / perbuatan yang serakah dan permainan kotor yang mencampurinya. (Ahmad Sunarto, 1990 : 62)



Sabda Rasulullah yang artinya:
Penjual dan pembeli itu kuasa memilih selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya benar dan mau menerangkan (cacat barang dagangannya) maka diberi berkah keduanya dalam jual belinya. Dan jika keduanya menyembunyikan (cacat barang dagangannya) dan berdusta, maka kemungkinan keduanya mendapat laba, namun keduanya telah memusnahkan berkah jual belinya. Sumpah palsu itu melariskan barang dagangan, memusnahkan keuntungan.” (Bukhari dan Muslim) [10]
Demikian Rasulullah SAW menjelaska tentang jual beli. Bagi penjual yang berdusta/bohong dalam menawarkan barang dagangannya sehingga si pembeli mempercayainya, maka perbuatan yang demikian termasuk khianat yang besar.
حدثنا إسماعيل قال حدثني مالك عن نافع عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما  : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( لا يبيع أحدكم على بيع أخيه ) [ ش أخرجه مسلم في النكاح باب تحريم الخطبة على خطبة أخيه . . رقم  ( بيع أخيه ) هو بمعنى السوم الذي ذكر أو يكون ذلك بعد العقد وفي زمن خيار المجلس أو خيار الشرط . والجمهور على أنه لا فرق في هذا بين المسلم والكافر ][11]
Dalam hadits lain dijelaskan“ Jangalah seorang muslim menawar barang yang telah ditawar oleh saudaranya (orang lain). (HR. Muslim)
Di sini mengandung makna tentang kesopanan/etika. Bahwa tidaklah etis seseorang melakukan penawaran atau membeli barang dalam keadaan tidak bebas atau belum putus. Bebas dalam hal ini artinya masih menjadi obyek tawar menawar oleh penjual dan calon pembeli pertama. Seandainya pihak ketiga/calon pembeli kedua menyela dan melakukan penawaran terhadap obyek jual beli yang belum putus, maka tentu akan menyakiti hati calon pembeli pertama. Jadi ini tidak dibenarkan untuk dilakukan.
Itulah beberapa hadits tentang jual beli / murabahah yang dapat penulis sampaikan. Di samping itu ada pendapat – pendapat ulama yang mendukng hadits tentang jual beli. Diantaranya adalah :
“Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”. ( Kaidah Fiqh ).
‘Ijma’ mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara murabahah
حدثنا إبراهيم بن موسى حدثنا الوليد عن ثور عن خالد بن معدان عن المقدام بن معد يكرب رضي الله عنه  : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( كيلوا طعامكم يبارك لكم )  [ ش ( كيلوا طعامكم ) عند شرائه أو بيعه . ( يبارك لكم ) لامتثال أمر الشارع بكياه حتى لا يحصل شك أو منازعة وبفضل التسمية عند كيله ولدعائه صلى الله عليه و سلم فيها بالبركة في مد المدينة وصاعها ][12]
Dimana dari hadist diatas dijelaskan bahwa didalam hal takar menakar ada rahmat dari tuhan. Rahmat yang dimaksud ialah terhindarnya dari kecurangan dimana kita selaku muslim harus berjual beli dengan jujur.
Selain itu kita semua tahu bahwa kegiatan jual beli atau transaksi perdagangan yang ada di sekitar kita tidak selamanya dilakukan dengan kejujuran sesuai dengan perintah agama. Walaupun Nabi Muhammad SAW sudah mencontohkan kepada umatnya bahwa dengan modal jujur bisa membawa kesuksesan besar dalam perdagangan, namun tetap saja masih banyak orang yang lebih menyukai keuntungan besar sesaat walaupun hukumnya haram[13]

Pengharaman jual beli janin



Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
Rasulullah SAW melarang menjual anak binatang yang masih dalam kandungan yaitu penjualan yang berlaku dimasa jahiliah, seorang membeli onta sehingga lahir yang didalam kandungannya kemudian sampai beranak binatang yang telah lahir itu. (Bukhari Muslim)
Penjualan yang gelap masanya, spekulasi, juga belum diketahui jantan atau betinanya.[14] Itulah sebabnya Nabi Muhammad melarang jual beli janin tersebut. Karena dikhawatirkan akan adanya salah satu yg dirugikan.

Pengharaman seorang membeli atas pembelian orang lain dan menawar atas penawarannya serta pengharaman najasy dan tashriah
حدثنا يحيى بن ايوب وقتيبة بن سعيد وابن حجر قالوا حدثنا إسماعيل ( وهو ابن جعفر ) عن العلاء عن أبيه عن أبي هريرة  : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( لا يسم المسلم على سوم أخيه )
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang muslim menawar atas penawaran saudaranya. (Shahih Muslim No.2788)
حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن نافع عن ابن عمر  : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن النجش
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. melarang sistem penjualan najasy (meninggikan harga untuk menipu). (Shahih Muslim No.2792)
Dengan cara menawarkan barang harga yang tidak sesuai dengan kualitas produk tersebut.

Pengharaman mencegat barang dagangan
حدثنا أبي بكر بن أبي شيبة حدثنا ابن أبي زائدة ح وحدثنا ابن المثنى حدثنا يحيى ( يعني ابن سعيد ) ح وحدثنا ابن نمير حدثنا أبي كلهم عن عبيدالله عن نافع عن ابن عمر : أن رسول الله صلى الله عليه سلم نهى أن تتلقى السلع حتى تبلغ الأسواق  وهذا لفظ ابن نمير وقال الآخران إن النبي صلى الله عليه و سلم نهى عن التلقي  [ ش ( السلع ) جمع سلعة كسدرة وسدر وهو المتاع وما يتجر به ]
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. melarang mencegat barang dagangan sebelum tiba di pasar. Demikian menurut redaksi Ibnu Numair. Sedang menurut dua perawi yang lain: Sesungguhnya Nabi saw. melarang pencegatan. (Shahih Muslim No.2793)
Terjadi ketika masa arab jahiliah, para pedagang sering ingin mendapatkan keuntungan berlebih dengan cara tersebut, yaitu mencegat penduduk badawi yg ingin berdagan di pasar. Sehinga para pengusaha tersebut bisa mendapatkan barang dengan harga yang sangat murah.
وحدثنا أبي بكر بن أبي شيبة حدثنا عبدالله بن مبارك عن التميمي عن أبي عثمان عن عبدالله
 : عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه نهى عن تلقي البيوع  [ ش ( البيوع ) جمع بيع بمعنى المبيع ]
Hadis riwayat Abdullah bin Mas`ud ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau melarang pencegatan (blokir) barang-barang dagangan. (Shahih Muslim No.2794)

Pengharaman orang kota menjual kepada orang desa (badui)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:
Rasulullah saw. melarang pencegatan kafilah barang dan penjualan orang kota kepada orang desa (badui). (Shahih Muslim No.2798)
وحدثنا يحيى بن يحيى أخبرنا هشيم عن يونس عن ابن سيرين عن أنس ابن مالك قال  : نهينا أن يبيع حاضر لباد وإن كان أخاه أو أباه
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Kami dilarang, seorang kota menjual kepada orang desa, meskipun saudaranya atau ayahnya. (Shahih Muslim No.2800)

Hukum penjualan hewan yang ditashriah
حدثنا محمد بن رافع حدثنا عبدالرزاق حدثنا معمر عن همام بن منبه قال هذا ما حدثنا أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه و سلم فذكر أحاديث منها وقال  : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( إذا ما أحدكم اشترى لقحة مصراة أو شاة مصراة فهو بخير النظرين بعد أن يحلبها إما هي وإلا فليردها وصاعا من تمر )
  [ ش ( لقحة ) بكسر اللام وبفتحها والكسر أفصح - والجماعة لقح كقربة وقرب وهي الناقة القريبة العهد بالولادة نحو شهرين أو ثلاثة يعني أنها ذات لبن ]
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa membeli seekor kambing yang ditashriah (yang tidak diperah susunya agar disangka subur), hendaklah ia membawa kembali lalu memerahnya, jika ia rela dengan susu perahannya, maka ia boleh menahan kambing itu (tidak mengembalikan) dan jika tidak rela, ia boleh mengembalikannya disertai satu sha` kurma. (Shahih Muslim No.2802)

Batal menjual barang sebelum diterima
حدثنا يحيى بن يحيى حدثنا حماد بن زيد ح وحدثنا ابن الربيع بن العتكي وقتيبة قالا حدثنا حماد عن عمرو بن دينار عن طاوس عن ابن عباس  : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( من ابتاع طعاما فلا يبعه حتى يستوفيه )  قال ابن عباس وأحسب كل شيء مثله  [ ش ( يستوفيه ) أي يقبضه وافيا كاملا وزنا أو كيلا ]
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa membeli makanan, janganlah menjualnya sampai ia menerimanya dengan sempurna. (Shahih Muslim No.2807)

Ditetapkannya hak pilih dalam majelis bagi pelaku jual pembeli



Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Rasulullah SAW bersabda: kedua penjual dan pembeli masing-masing bebas menentukan jadi atau gagal selama keduanya belum terpisah dari majlis, kecuali jika diberi hak untuk memutuskan sesudah berpisah atau sudah difikir dirumah. (Bukhari, Muslim)[15]
Karena dalam jual beli islam tidak diperkenankan pemaksaan dalam jual beli dimana tujuan jual belinya ialah untuk
Tentang kejujuran dan keterus-terangan dalam jual beli



Hadis riwayat Hakim bin Hizam ra.:
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Penjual dan pembeli memiliki hak pilih selama belum berpisah. Apabila mereka jujur dan mau menerangkan (keadaan barang), mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Dan jika mereka bohong dan menutupi (cacat barang), akan dihapuskan keberkahan jual beli mereka. (Bukhari, Muslim)
Orang yang ditipu dalam jual beli



Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Seorang lelaki melaporkan kepada Rasulullah saw. bahwa ia tertipu dalam jual beli. Maka Rasulullah saw. bersabda: Katakanlah kepada orang yang kamu ajak berjual-beli: Tidak boleh menipu! Sejak itu jika ia bertransaksi jual beli, ia berkata: Tidak boleh menipu!. (Bukhari, Muslim) [16]

Larangan menjual buah-buahan yang belum tampak jadinya tanpa syarat untuk dipetik
حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك بن نافع عن ابن عمر  : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن بيع الثمر حتى يبدو صلاحها نهى البائع والمبتاع  [ ش ( يبدو ) أي يظهر ]
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. melarang menjual buah-buahan sebelum tampak jadinya. Beliau melarang pihak penjual dan pembeli. (Shahih Muslim No.2827)
حدثنا يحيى بن يحيى أخبرنا أبو خيثمة عن ابن الزبير عن جابر ح وحدثنا أحمد بن يونس حدثنا زهير حدثنا أبو الزبير عن جابر قال  : نهى ( أو نهانا ) رسول الله صلى الله عليه و سلم عن بيع الثمر حتى يطيب
Hadis riwayat Jabir ra., ia berkata:
Rasulullah saw. melarang kami menjual buah-buahan sebelum matang (enak dimakan). (Shahih Muslim No.2831)



Hadis riwayat Ibnu Abbas r.as.., ia berkata:
Rasulullah saw. melarang menjual pohon kurma sebelum ia memakan sebagian buahnya atau dimakan orang lain dan sebelum ditimbang. Aku bertanya: Apa yang dimaksud dengan ditimbang? Seorang lelaki yang berada di sebelahnya menjawab: Yaitu ditaksir. (Shahih Muslim No.2833)[17]
Maksudnya sehingga diketam, diturunkan, disimpan.

Haram menjual kurma basah dengan kurma kering kecuali dalam (jual beli) araya (ariah)



Hadis riwayat Zaid bin Tsabit ra.: Bahwa
Rasulullah saw. memberi keringanan kepada pemilik kurma basah untuk menjualnya dengan cara ditaksir dengan kurma kering. (Bukhari, Muslim)



Hadis riwayat Sahal bin Abu Hatsmah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. melarang penjualan kurma basah dengan kurma kering, beliau bersabda: Demikian itu adalah riba yang ada dalam muzabanah, hanya saja beliau memberi keringanan dalam penjualan secara Ariah, yaitu satu atas.u dua buah pohon kurma diambil oleh suatu keluarga dengan cara ditaksir dengan kurma kering lalu mereka makan buahnya yang masih setengah matang. (Bukhari, Muslim)[18]



Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. memberi keringanan dalam jual beli Araya dengan cara ditaksir dengan syarat kurang dari lima wasak atau sebanyak lima wasak. (Bukhari, Muslim)



Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Nabi melarang penjualan muzabahah, yaitu penjualan ruthab yang belum diketam dengan tamar yang sudah pasti timbanganya, yaitu anggur yang masih di pohon dengan kismis yang pasti timbangannya, atau tanaman buah lain dengan makanan yang serupa, Nabi Saw melarang semua itu. (Bukhari, Muslim)

Menjual pohon kurma yang sedang berbuah



Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: Barang siapa menjual pohon kurma yang sudah dikawinkan, maka buahnya untuk penjual, kecuali jika disyaratkan oleh pembeli. (Bukhari, Muslim)[19]



Tentang penyewaan tanah



Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. melarang penyewaan tanah. (Shahih Muslim No.2861)



Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
Dahulu kami berpendapat bahwa mukhabarah (menggarap tanah milik orang lain dengan syarat upahnya adalah sebagian dari hasilnya) tidak apa-apa. Sampai pada tahun awal, Rafi` menyangka bahwa Nabi saw. telah melarangnya. (Shahih Muslim No.2879)[20]

Larangan Berjual beli di dalam mesjid.



Dari abu hurairah RA: Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Jika kamu melihat orang berjual beli dimasjid, maka katakanalah: “Semoga Allah tidak Memberikan keuntungan terhadap perdaganganmu” (HR. An Nasa’I dan At Turmuzi serta dianggap hasan olehnya)[21]
Karena tidak sepantasnya mesjid yang seharusnya ditujukan dipakai untuk beribadah, digunakan untuk area jual beli. Yang mana jual beli tersebut merupakan masalah duniawi.


Wallahu ‘alamu bissawab.


BAB III
KESIMPULAN

Dari dari keterangan hadits-hadits diatas dapat  kita ambil kesimpulan bahwa dalam muamalah/jual beli pun ada landasan/aturanya. Tapi, diantara landasan-landasan yang beragam. Yang saya kemukakan disini, adalah dalil yang berbentuk hadits.
Selain al-qur’an yang menjadi acuan dalam menentukan hukum. Ada hadits-hadits yang beragam pula. Ada yang dhaif, maudhu, hasan, shahih, kazib, dst. Diantara sekain banyak jenis hadits (baik yang ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitasnya) Hendaklah hadits-hadits yang shahih yang dijadikan dalil/ladasan.
Berikut beberapa point-poin tentang hadits yang disebutkan diawal:
·         Keutamaan berusaha dengan jual beli.
·         Pengharaman jual beli janin
·         Pengharaman seorang membeli atas pembelian orang lain dan menawar atas penawarannya serta pengharaman najasy dan tashriah
·         Pengharaman mencegat barang dagangan
·         Pengharaman orang kota menjual kepada orang desa (badui)
·         Hukum penjualan hewan yang ditashriah
·         Batal menjual barang sebelum diterima
·         Ditetapkannya hak pilih dalam majelis bagi pelaku jual pembeli
·         Tentang kejujuran dan keterus-terangan dalam jual beli
·         Orang yang ditipu dalam jual beli
·         Larangan menjual buah-buahan yang belum tampak jadinya tanpa syarat untuk dipetik
·         Haram menjual kurma basah dengan kurma kering kecuali dalam (jual beli) araya (ariah)
·         Menjual pohon kurma yang sedang berbuah
·         Tentang penyewaan tanah
·         Larangan Berjual beli di dalam mesjid.


DAFTAR PUSTAKA

-          AL HAFIDZ IBNU HAJAR AL ASQALANI. Terjemah Bulugul Maram. Putra Al Ma’rif, Surabaya

-          Syarah riadus shalihin jilid 2, Rasyikh Lc, Luqman Abdul Jalal Lc, Marzuqi Lc, cetakan pertama desember 2007, Darussunah Press, Jatinegara, Jatim.

-          Al lu’lu Wal marjan 2. PT bina Ilmu. Terjemahan H Salim Bahreisy. Surabaya.

-          Kitab shahih bukhari, bihasyiyat al imam al sindi, darul kutub al ‘amiyah. Jilid 2 Beirut. Lebanon 2008. edisi ke 4. halaman.11

-          Terjemah Bulugul Maram Ibnu Hajar Al-Asqalani jilid 1, cetakan  ke 7. CV. Dipenogoro. Hal 153

-          http://organisasi.org/tidak-boleh-curang-dalam-dagang-usaha-bisnis-kerja-dll-larangan-islam
-          http://hadis-islam.blogspot.com/2008/07/kitab-jual-beli.html

Bisa juga dilihat di:
-          M. Hatta : http:// jurnal-ekonomi.org/2007/12/12
-          Ari Condro: htp :// www.mail archive.com / ekonomi nasional
-          Fachri : http // www.sekarang online.com /artikel-road



Bisa juga dilihat di:
M. Hatta : http:// jurnal-ekonomi.org/2007/12/12
Ari Condro: htp :// www.mail archive.com / ekonomi nasional
Fachri : http // www.sekarang online.com /artikel-road
[2] AL HAFIDZ IBNU HAJAR AL ASQALANI. Terjemah Bulugul Maram. Putra Al Ma’rif, Surabaya. Hal 401
[3] Kitab shahih bukhari, bihasyiyat al imam al sindi, darul kutub al ‘amiyah. Jilid 2 Beirut. Lebanon 2008. edisi ke 4. Kitabul buyu’ hadis ke 2073
[4] Syarah riadus shalihin jilid 2, Rasyikh Lc, Luqman Abdul Jalal Lc, Marzuqi Lc, cetakan pertama desember 2007, Darussunah Press, Jatinegara, Jatim. Hal 783
[5] Shahih bukhari (1470, 2364), shahih muslim (1042)
[6] Syarah riadus shalihin jilid 2, Rasyikh Lc, Luqman Abdul Jalal Lc, Marzuqi Lc, cetakan pertama desember 2007, Darussunah Press, Jatinegara, Jatim. Hal 783
[7] Kitab shahih bukhari, bihasyiyat al imam al sindi, darul kutub al ‘amiyah. Jilid 2 Beirut. Lebanon 2008. edisi ke 4. halaman.11
[8] Shahih muslim 2379
[9] Al lu’lu Wal marjan 2. PT bina Ilmu. Terjemahan H Salim Bahreisy. Surabaya. Hal 553
[10] Al lu’lu Wal marjan 2. PT bina Ilmu. Terjemahan H Salim Bahreisy. Surabaya. Hal 552
[11] Kitab shahih bukhari, bihasyiyat al imam al sindi, darul kutub al ‘amiyah. Jilid 2 Beirut. Lebanon 2008. edisi ke 4. halaman.29.
[12] Kitab shahih bukhari, bihasyiyat al imam al sindi, darul kutub al ‘amiyah. Jilid 2 Beirut. Lebanon 2008. edisi ke 4. halaman.21
[13] http://organisasi.org/tidak-boleh-curang-dalam-dagang-usaha-bisnis-kerja-dll-larangan-islam
[14] Al lu’lu Wal marjan 2. PT bina Ilmu. Terjemahan H Salim Bahreisy. Surabaya. Hal 547
[15] Al lu’lu Wal marjan 2. PT bina Ilmu. Terjemahan H Salim Bahreisy. Surabaya. Hal 551-552
[16] Al lu’lu Wal marjan 2. PT bina Ilmu. Terjemahan H Salim Bahreisy. Surabaya. Hal 552
[17] Al lu’lu Wal marjan 2. PT bina Ilmu. Terjemahan H Salim Bahreisy. Surabaya. Hal 553-554
[18] Al lu’lu Wal marjan 2. PT bina Ilmu. Terjemahan H Salim Bahreisy. Surabaya. Hal 555
[19] Al lu’lu Wal marjan 2. PT bina Ilmu. Terjemahan H Salim Bahreisy. Surabaya. Hal 557
http://hadis-islam.blogspot.com/2008/07/kitab-jual-beli.html
[21]  Terjemah Bulugul Maram Ibnu Hajar Al-Asqalani jilid 1, cetakan  ke 7. CV. Dipenogoro. Hal 153

Tidak ada komentar:

Posting Komentar