Label

Jumat, 14 Oktober 2011

PERDAGANGAN ATAU JUAL BELI



A.    Pengertian
Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai’, al-Tijarah dan al-Mubadalah sebagaimana Allah SWT Berfirman:
لن تبور تجارة يرجوان
Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan rugi (Fathir:29)


Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah sebagai berikut
1. menukar barang dengan barang atau  arang dengan uang uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar merelakan[1]
2.                         
تمليك عين مالية بمعاوضة باذن شرعي
“ Pemilikan  harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai dengan aturan syara”[2]
3.                         
مقابلة مال قابلين للتصرف باجاب وفبول على الواجه المأذون فيه
“Saling tukar menukar harta, saling menerima dapat dikelola (tasarruf) dengan ijab Qabul, dengan cara yang sesuai dengan Syara”[3]
4.
مقابلة مال بمال علي وجه مخصوص
“tukar menukar benda dengan benda lain dengan cara ang khusus (dibolehkan)[4]
5.
مبادلة مال بمال على سبيل التراضى او نقل ملك بعوض على الوجه المأذون فيه
“Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memidahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.”[5]
6.
عفد يقوم على اساس مبادلة مال بمال لتفقيد تبادل الملكيات على الدوام
 “Aqad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta maka jadilah penukaran hak milik secara tetap”[6]
Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh syara’ dan disepakati.
Benda dapat mencakup pengertian barang dan uang, sedangkan sifat benda tersebut harus dapat dinilai yakni benda-benda yang berharga dapat dibenarkan penggunaanya menurut Syara’.benda itu adakalanya bergerak (dipindahkan) dan adakalanya tetap (tidak dapat dipindahkan), ada yang dapat dibagi-bagi, adakalanya tidak dapat dibagi-bagi, ada harta yang ada perumpamaanya (mitsli) dan tak ada yang menyerupainya (qimi) dan lain-lainya.
Jual beli menurut ulama malikiah ada dua macam, yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus.

B.     Rukun Dan Syarat Jual Beli
Rukun jual beli ada 3, yaitu akad (ijab kabul), orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli), dan ma’kud alaih (objek akad)
Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli.
Adanya kerelaan tidak dapat dilihat, sebab kerealaan berhubungan dengan hati, kerelaan dapat diketehui dengan tanda-tanda lahirnya, tanda yang jelas menunjukan kerelaan adalah ijab dan Kabul, Rasulullah SAW bersabda:
عن ابى هريرة ر ض عن النبي ص م قال لا يخترقن اثنان الا عن تراض
Dari Abi Hurairah r.a dai Nabi Saw bersabda: Janganlah dua orang yang jual belli berpisah, sebelum saling meridhai”(HR. Abu Daud Dan Turmuzi)
قال النبي ص م انما البيع عن تراض
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya jual beli hanya sah dengan saling merelakan” (Riwayat Ibn Hibban Dan Ibn Majah)

C.    Syarat-syarat Sah Ijab Qabul
Syarat-syaratnya ialah sebagai berikut:
1.      Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja setelah penjual menyatakan ijab  dan sealiknya.
2.      Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan qabul.
3.      Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu, misalnya seseorang dilarang menjual hambanya yang beragama islam kepada pembeli yang tidak beragama islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan hamaba yang beragama islam sedangkan Allah melarang orang-orang mukmin member jalan kepada orang-orang kafir untuk merendahkan mukmin, firma-Nya:
ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلا
Dan Allah sejali-kali tidak member jalan bagi orang kafir untuk menghina orang mukmin (an-nisa:141).

Rukun jual beli ketiga ialah benda-benda atau barang yang diperjualbelikan (ma’kud ‘alaih).
Syarat-syarat benda yang menjadi objek ialah sebagai berikut.
1.      Suci atau mungkin disucikan sehingga tidak sah penjualan benda-benda najis seperti anjing, babi, dan yang lainya, sabda Rasulullah yang artinya
Dari Jabir r.a. Rasullah Saw bersabda: sesungguhnyaAllah dan Rasul-Nya mengaramkan penjualan arak, bangakai, babi, dan berhala”
(HR. Bukhari Muslim)
2.      Memberi manfaat menurut syara’, maka dilarang jual beli benda-benda yang tidak boleh diambil maanfaatnya menurut syara’, seperti menjual babi, kala cicak, dan lainya.
3.      Jangan di taklilkan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain seperti jika ayahku pergi, kujual motor ini kepadamu.
4.      Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan kujual motor ini kepada tuan selama satu tahun, maka penjualan tersebut tidak sah. Sebab jual beli merupakan salah satu sebab pemilikan secara penuh yang tidak dibatasi oleh apapun kecuali ketentuan syara’.
5.      Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat. Tidaklah sah menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi.
6.      Milik sendiri. Tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak se-izin pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.
7.      Diketahui (dilihat). Barang yang deiperjual belikan harus diketahui banyaknya, beratnya talaranya, atau ukuran-ukuran yan lainya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan kerguan salah satu pihak.

Rukun jual beli kedua ialah dua atau beberapa orang yang melakukan akad. Berikut ialah syarat-syarat bagi orang yang melakukan akad:
1.      Baligh berakal, agar tidak mudah ditipu orang. Oleh karena itu, anak kecil, orang gila, dan orang bodoh tidak boleh menjual harta sekalipun miliknya, Allah Swt berfirman:
ولا تؤمنواالسفهاء اموالكم
Dan janganlah kamu berikan hartamu kepada orang-orang yang bodoh (An-nisa:5)
2.      Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu, misalnya seseorang dilarang menjual hambanya yang beragama islam sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan mereendahkan hamba yang beragama islam itu, sedangkan Allah melarang orang-orang mukmin member jalan kepada orang kafir untuk merendahkan mukmin, firmanya:
ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلا
Dan Allah sejali-kali tidak member jalan bagi orang kafir untuk menghina orang mukmin (an-nisa:141).

D.    Macam-macam Jual Beli
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual beli ada 2 macam, jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum, dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli.
Jual beli dibagi mejadi tiga bentuk:
1). Jual beli benda kelihatan
2). Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan
3). Jual beli benda yang tidak ada
Jual beli yang tidak kelihatan ialah pada waktu akad jual beli benda atau barang yang diperjual belikan ada didepan penjual dan pembeli.

Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam (pesanan)
Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahanya seperti berikut:
1.      Ketika melakukan akad salam, disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin dijangkau oleh pembeli, bai berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang, maupun diukur.
2.      Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan memperendah harga barang itu.
3.      Barang yang diserahkan hendaknya barang-barang yang dapat didapatkan dipasar.
4.      Harga hendaknya dipegang ditempat akad berlangsung.[7]

Jual beli berdasarkan pertukaranya secara umum dibagi empat macam:
a.      Jual beli salam (pesanan)
Jual beli melalui pesanan dengan cara menyerahkan terlebih dahulu uang muka kemudian barangnya diantar belakangan.
b.      Jual beli muqayyadah (barter)
Adalah jual beli dengan cara menukar barang dengan barang, seperti menukar baju dengan sepatu.
c.       Jual beli muthlaq
Adalah jual beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai alat pertukaran, seperti uang.
d.      Jual beli alat penukar dengan alat penukar
Adalah jual beli barang yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat penukar lainya, seperti uang perak dengan uang emas.

Berdasarkan segi harga jual beli dibagi pula menjadi empat bagian
1.      Jual beli yang menguntungkan (al murabahah)
2.      Jual beli yang tidak menguntungakan, yakni menjual dengan harga aslinya (at-tauliyah)
3.      Jual beli rugi(al khasanah)
4.      Jual beli al musawah yaitu penjual menyembunyikan harga aslinya, tetapi kedua orang yang akad saling meridhai, jual beli seperti inilah yang banyak berkembang sekarang.

Jual beli  juga ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang jual beli yang dilarang juga ada yang batal ada pula yang sah.
Jual beli yang dilarang dan batal hukmnya adalah sebagai berikut:
1.      Barang yang hukumnya najis oleh agama, seperti anjing, babi, berhala, bangkai, dan khamar.
2.      Jual beli mani (hewan), seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan betina agar dapat memperoleh keturunan.
3.      Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya.
4.      Jual beli dengan muhaqalah. Baqalah  berarti tanah, sawah dan kebun, maksud muqallah disini ialah menjua tanam-tanaman yang masih diladang atau disawah. Hal ini dilarang agama sebab ada persangkaan riba didalamnya.
5.      Jual beli dengan mukhadarah, yaitu jual beli buah-buahan yang belum pantas untuk dipanen, seperti menjual rambutan yang masih hijau, mangga yang masih kecil-kecil, dan yang lainya.
6.      Jual beli  muammasah yaitu jual beli secara sentuh menyentuh, misalkan seseornag menyentuh sehelai kain sengan tanganya diwaktu malam atau siang hari, maka orang menyentuh berarti telah membeli kain tersebut.
7.      Jual beli  munabazar yaitu jual beli secara lempar melempar, seperti seseorang berkata ”lemparkan kepadaku apa yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang ada padaku” setelah terjadi lempar-melempar, terjadilah jual beli.
8.      Jual beli muzabanah,  yaitu menjual buah yang basah senga buah yang kering seperti menjual padi kering dengan pembayaran padi yang basah, sedangkan ukuranya dengan dikilo sehingga akan merugikan pemilik padi yang kering.
9.      Menentukan dual harga untuk satu barang yang diperjual belikan.
10.  Jual beli syarat (iwadh mahjul), jual beli seperti ini hampir sama dengan jual beli menentukan dua harga, hanya saja disini dianggap sebagai syarat, seperti seseorang berkata “aku jual rumahku yang butut ini kepadamu dengan syarat kamu mau menjual mobilmu padaku”lebih jelasnya jual beli ini sama dengan jual beli dengan dua harga arti yang kedua menurut imam syafi’i.
11.  Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada kemungkinan terjadi penipuan.
12.  Jual beli dengan mengecualian sebagian benda yang dijual.
13.  Larangan menjual makan hingga dua kali ditakar. Hal ini menunjukan kurangnya saling percaya antara penjual dan pembeli.

  




KESIMPULAN
Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai’, al-Tijarah dan al-Mubadalah

Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh syara’ dan disepakati.
Jual beli menurut ulama malikiah ada dua macam, yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus.
Rukun jual beli ada 3, yaitu akad (ijab kabul), orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli), dan ma’kud alaih (objek akad)
Syarat-syaratnya ialah sebagai berikut:
·         Jangan ada yang memisahkan setelah penjual menyatakan ijab  dan sealiknya.
·         Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan qabul.
·         Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu
Syarat-syarat benda yang menjadi objek ialah sebagai berikut.
·         Suci atau mungkin disucikan
·         Memberi manfaat menurut syara’
·         Jangan di taklilkan,
·         Tidak dibatasi waktunya,
·         Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat.
·         Milik sendiri.
·         Diketahui (dilihat).
Syarat-syarat bagi orang yang melakukan akad:
·         Baligh berakal
·         Beragama islam
Jual beli dibagi mejadi tiga bentuk:
1). Jual beli benda kelihatan
2). Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan
3). Jual beli benda yang tidak ada
Jual beli berdasarkan pertukaranya secara umum dibagi empat macam:
1.      Jual beli salam (pesanan)
2.      Jual beli muqayyadah (barter)
3.      Jual beli muthlaq
4.      Jual beli alat penukar dengan alat penukar
Berdasarkan segi harga jual beli dibagi pula menjadi empat bagian
·         Jual beli yang menguntungkan (al murabahah)
·         Jual beli yang tidak menguntungakan, yakni menjual dengan harga aslinya (at-tauliyah)
·         Jual beli rugi(al khasanah)
·         Jual beli al musawah
Jual beli yang dilarang dan batal hukmnya adalah sebagai berikut:
1.      Barang yang hukumnya najis oleh agama,
2.      Jual beli mani (hewan),
3.      Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya.
4.      Jual beli dengan muhaqalah.
5.      Jual beli dengan mukhadarah
6.      Jual beli  muammasah
7.      Jual beli  munabazar
8.      Jual beli muzabanah
9.      Menentukan dual harga untuk satu barang yang diperjual belikan.
10.  Jual beli syarat (iwadh mahjul
11.  Jual beli gharar,
12.  Jual beli dengan mengecualian sebagian benda yang dijual.
13.   menjual makan hingga dua kali ditakar.


14.   
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Hendi Suhendi, M.s.i. 2002 ”Fiqih muamalah”, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Prof. DR. Rachmad Syakeri MA. 2001, "Fiqh Muamalah”.Penerbit Pustaka Setia.
Prof. M. Abdul Mannan, MA, Phd. “Teori dan praktek ekonomi islam”
Drs. H. Moh. Rifa’I, “Fiqh Islam Lengkap” PT.Karya Toha Putra Semarang.
Helmi Karim, 1997, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, edisi 1, cet. 2


[1] Lihat Idris Ahmad, Fiqh al-Syafi’iyah hlm 5
[2] Lihat Nawawi, 1946; 130
[3] Taqiyuddin , kifayaul akhkam, t. t. hlm 329
[4] Lihat Zakaria, t. t. 157
[5] Lihat Fiqh al-sunah, hlm 126
[6] Lihat Hasbi As-Shiddiqie, Peng. Fiqh Muamalah, hlm.97
[7] Lihat Sualiman Rasyid, fiqh islam, 1985 hlm178-179

Tidak ada komentar:

Posting Komentar